Membicarakan bisnis online dan offline secara terpisah sudah tidak relevan lagi saat ini, menurut saya.

Seorang pemilik toko di ITC Kuningan memotret produknya dan kemudian mengupload fotonya ke Facebook dan mendapatkan pembeli dari sana. Ia sudah mengintegrasikan bisnis offline dan online secara sederhana.

Tanpa sengaja ia telah melalukan multi atau cross channel marketing.

Seorang pemilik toko online kerepotan karena setiap hari selalu saja ada yang datang untuk melihat dan menyentuh langsung produknya. Maka, dibuatlah ruangan khusus untuk mendisplay produk dan menyambut tamu dengan nyaman.

Ia tidak lagi bisa mengatakan bisnisnya murni online saja, tanpa bertemu langsung dengan pembeli. Karena perilaku pembeli ada yang begitu. Mereka melihat produk di internet, tapi ketika beli tetap lebih nyaman setelah melihat dan menyentuh langsung.

Pebisnis yang menyatakan bahwa bisnisnya hanya online atau sebaliknya hanya offline, tentu dibuat bingung dengan kenyataan ini.

Ya, sekarang eranya sudah campur aduk antara online dan offline. Sekarang eranya sudah multi channel atau cross channel. Ada yang selama ini menjual produk di jaringan Indomaret atau Carrefour saja, tapi tetap bikin jaringan toko sendiri, seperti Bel-Mart yang mulai banyak di Jakarta.

Kenapa begitu?

Sebagian karena behavior pembeli yang memaksa mereka melakukannya. Mereka ingin mendekati pembeli di setiap point of touch yang paling disukai pembeli.

Point of touch itu banyak sekali. Bisa di mall, di salon/spa, di arisan, pengajian, bengkel, stasiun, BBM, Facebook, Twitter, YM, website, blog, Multiply dan sebagainya.

Era single channel sudah lewat. Kalau kita tidak melakukannya, pesaing akan melakukannya.

Disadur dari : Roni Yuzirman Blog